09 Juni 2008

Sampai Kapan Engkau Bersedih

Israel adalah negara teokrasi yaitu negara yang sistem pemerintahannya dipimpin oleh Allah melalui wakilNya. Sebelum dipimpin oleh raja, Allah memakai hakim2 atau nabi sebagai wakilNya untuk memimpin Israel. Namun pada saat Samuel memimpin bangsa Israel, rakyat mendesak supaya mereka dipimpin oleh seorang raja. Desakan ini membuat Samuel meminta petunjuk dari Allah dan Dia berkenan mengangkat Saul menjadi raja Israel yang pertama. Sebagai orang yang takut akan Allah, samuel setia mendampingi Saul agar menjadi raja yang berkenan di hati Allah.

Di awal pemerintahannya, Saul hidup menyenangkan hati Allah. Ia berperang melawan musuh2 Israel, mengalahkan bangsa Amalek dan membebaskan mereka dari tangan2 yang merampasi mereka. Namun setelah Saul merasa mapan ia memperlihatkan sikap yang memegahkan dirinya sendiri. Saul mulai melakukan keinginan2 pribadinya dan tidak lagi menunggu petunjuk dari Allah yang biasanya dinyatakan melalui samuel. Sikap yang tidak mengindahkan perintah Allah menunjukan bahwa ia tidak menghormati Allah. Sikap inilah yang kemudian Allah menolak Saul.

Ternyata penolakan Allah terhadap Saul membuat Samuel merasa berduka (1 Samuel 15:11) Sebagai mentor yang baik, Samuel memendam kepedihan atas kejatuhan Saul. Namun Allah tidak mengiginkan ia tinggal berlarut2 dalam kedukaan ini. Allah ingin ia bangkit karena masih banyak tanggung jawab yang harus dikerjakannya. Perhatikan apa yang dikatakan Allah kepada Samuel, “… Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul? Bukankah ia telah Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagiKu.” (1 Samuel 16:1).

Hidup tidak akan berhenti jika cinta kita ditolak atau kena PHK. Allah tidak melarang kita berduka ketika putus cinta, di-PHK, dikhianati, ditinggal oleh orang yang kita kasihi, tapi dia juga tidak mau kita terpuruk di dalm kedukaan itu. Dengarkanlah firmaNya kepada kita, “Berapa lama lagi engkau berdukacita karena.......?” Inilah saat yang tepat untuk mengesampingkan beban yang ada dalam hidupmu kawan, sebagai gantinya kenakanlah seulas senyum yang menandakan bahwa kita adalah orang2 yang berpengharapan. Mari dengan semangat yang baru pandanglah ke depan karena Allah sedang bekerja menyediakan satu keadaan yang lebih baik. Ambilah tabung tandukmu dan kerjakanlah sesuatu yang lebih berguna, tinggalkanlah kesedihanmu kawan.
Manna Sorgawi

0 komentar: