14 Mei 2008

Cinta Hadir dalam Hati dan Jiwa

Ian mulai mengenal Keiko semenjak awal Keiko kuliah. Meskipun mereka kuliah di universitas yang sama, mereka hampir tidak pernah bertemu. Berbeda fakultas, berbeda angkatan, mereka menjalani jalan masing-masing. Sampai suatu saat, keterlibatan mereka dalam orangisasi keagamaan kampus mempertemukan jalan mereka. Sejalan dengan berlalunya waktu, Ian mulai mengenal Keiko dan mulai tumbuh perasaan suka dalam hati Ian. Kian lama perasaan itu berkembang menjadi rasa sayang dan kasih. Ian menjadi semakin gundah. Tidak pernah terbesit dalam benaknya bahwa ia bakal jatuh cinta pada Keiko, terutama karena Keiko telah memiliki seorang kekasih dan telah menjadi prinsip Ian bahwa dia tidak mau mengganggu jalinan kasih orang lain. Siang malam Ian berdoa, memohon petunjuk dari Allah Bapa.
Di satu sisi dia berharap agar perasaannya pada Keiko dapat perlahan sirna, namun disisi lain dia sadar bahwa bukan dia yang berhak memutuskan. Seperti layaknya manusia, Ian memohon tanda-tanda dariNya. Namun tanda-tanda yang Ia berikan bahkan memperdalam perasaannya pada Keiko.
Waktu terus berlalu, ingin sekali Ian mengutarakan perasaannya pada Keiko, namun dia tidak mampu. Dia tidak ingin merusak persahabatannya dengan Keiko maupun jalinan kasih yang Keiko arungi. Dalam pergulatan hatinya, Ian mulai menyadari bahwa kasihnya pada Keiko adalah kasih sejati yang telah ia cari selama ini. Terkadang Ian merasa marah padaNya. Mengapa hal yang telah dia cari-cari selama ini tidak dapat dia usahakan untuk diraih. Waktu terus berlalu. Berulang kali hati Ian bergejolak, ingin rasanya dia bertemu Keiko dan menumpahkan segala perasaannya. Namun tiap kali, selalu ada bisikan lembut dihatinya untuk menyerahkan segalanya pada Yang Kuasa. Ian tidak pernah berhenti berdoa. Berdoa agar Yesus selalu menyertai dan melindungi Keiko. Ian terkadang heran dan sedih, mengapa hal yang seharusnya indah ternyata malah membuat hatinya tersayat. Dari situ Ian menyadari, apa arti cinta sejati.
Waktu terus berjalan, Keiko lulus sarjana dengan sangat gemilang. Ian sadar bahwa inilah saat yang paling ditakutinya, bahwa dia mungkin tidak akan pernah berjumpa dengan Keiko lagi. Ian sadar, bahwa kalau memang itu kehendakNya ia harus dapat menerima dengan lapang dada. Ian sangat berterimakasih pada Yesus karena setidaknya dia diberi kesempatan untuk mengetahui siapa cinta sejatinya, karena banyak orang yang tidak mengenal kasih sejati hingga akhir hayat mereka. Meskipun Ian tidak dapat terbuka pada Keiko, dia tetap ingin sedikit melepaskan perasaannya. Sehari sebelum wisuda Keiko, Ian berkata pada Keiko, “Kekasihmu adalah orang yang paling beruntung di bumi ini”. Ian tahu bahwa Keiko mungkin tidak akan pernah tahu perasaannya pada Keiko, namun yang terpenting adalah ketulusan hatinya. Dalam setiap lantunan doa Ian, tidak pernah lepas permohonan berkat dan lindungan untuk Keiko serta orang2 yang Keiko kasihi. Ian sadar Kasih sejati tidak sebatas berbagi hidup. Kasih sejati melampaui batas waktu dan ruang. Kasih sejati tertuang dalam doa yang tulus dan tidak egois. Dalam relung hati Ian yang terdalam, masih terpendam bara harapan untuk menempuh hidup dengan Keiko. Hanya iman Ian pada Kristus yang terus mempertahankan bara itu sekaligus memberikan kesejukan.


0 komentar: